Kamis, 29 Mei 2014

RANGKUMAN SIP


Aplikasi GIS Dalam
Perencanaan Wilayah & Kota  
Studi Kasus : Kota Hyderabad (India)

Urbanisasi Di India
Rasio Kota & Desa (India, 2001) à 38 : 100
Indikasi : India Dalam Tahap Akselerasi Urbanisasi


Indikator Dasar Dan Pola Urbanisasi Di India
-Arus Urbanisasi Ke Kota Kelas 1
-Terjadi Tanpa Adanya Basis Ekonomi Yang Kuat
-Terjadi Karena Daya Dorong Pedesaan, Bukan Daya Tarik Perkotaan


IMPLEMENTASI GIS DI Hyderabad City, India
-Hyderabad, The Capital City Of Andhra Pradesh States, India
-Geographic Location : 17 °- 21° N Latitude & 78 °- 30° E longitude
-Hyderabad Had a Rapid Spatial Growth Through The East & Northwest From Its Native Region
-Musi River Divide The Area Of Hyderabad Into:‘New Hyderabad (Secunderabad) ’ & ‘Old Hyderabad

 
Langkah Yang Dilakukan Pemerintah India :

Rencana Kota Hyderabad
1.Rencana Perspektif
2.Rencana Pembangunan
3.Rencana Tahunan
4.Skema Dan Proyek Pendekatan Partisipatif Untuk Penyediaan Tanah Dan Pembangunan Infrastruktur
 
KESIMPULAN
-SIG à Pedoman Pengambilan Keputusan.  Menyajikan Data Yang Dibutuhkan Untuk
Melakukan Koreksi & Penilaian Yang Akurat Terhadap Perkotaan Yang direncanakan
-SIG à Metode Pengumpulan Data & Analisis Perencanaan. Sifatnya Inovatif & Efisien Dalam
 Proses Perencanaan Wilayah & Kota.
-Dalam Ranah Perencanaan Kota, SIG Digunakan Untuk Mengawasi :
Pertumbuhan Perkotaan Yang Tidak Terkendali
Pemukiman Kumuh, 
          Degradasi Lingkungan

RANGKUMAN
R. Nugraha S. S  10070311043
Hadiyanto Syabani  10070311048 
Tiara Setiarini  10070311051
 

Geographic Location : 17 °- 21° N Latitude & 78 °- 30° E longitude


Geographic Location : 17 °- 21° N Latitude & 78 °- 30° E longitude





RANGKUMAN SIP

APPLICATION OF REMOTE SENSING AND GIS IN THE
MANAGEMENT OF MANGROVE FORESTS WITHIN AND
ADJACENT TO KIUNGA MARINE PROTECTED AREA,
LAMU, KENYA

Latar Belakang Penelitian
Hutan manggrove Kiunga merupakan ekosistem pesisir yang vital untuk menopang keseimbangan alam dan perekonomian
 masyarakat setempat.
Setiap tahun jumlah penduduk di sekitar KMNR/KMPA Kiunga terus bertambah dan menyebabkan over eksploitasi SDA
 hutan manggrove.
Management hutan manggrove di Kiunga masih sangat lemah

Gambaran Umum KMNR/KMPA Kiunga
KMPA Kiunga diresmikan tahun 1979 dengan total area 25.000 Ha. 
Terletak utara Kota Lamu dengan kordinat geografis antara 2◦00S, 41◦13E di utara and 1◦37S, 41◦35E. 
Beriklim panas, suhu rata-rata 27C, curah hujan 400-500 mm/bln, bulan hujan panjang dari April-Mei dan pendek pada
  September-Desember (Bimodal) . 
Masyarakat setempat bekerja sebagai nelayan dan petani. Sebagian besar penduduk juga menjual produk hutan
 manggrove terutama kayu manggrove.
Pendekatan dan Metode Penelitian  
Foto udara dan transek wilayah.  
Survey data dilakukan dengan menyusuri area hutan manggrove di sepanjang pesisir pantai KMNR.
 Hasil Penelitian
 

 

 RANGKUMAN KEL 11
Irina Kartika Sari/10070311052
Arni Muslimah Handayani Widjaja/10070311054
Firman Maulana/10070311057
 



RANGKUMAN SIP

Produksi Dibantu Sistem Informasi Geografis Kebisingan
Dan Peta Abdurrahman Geymen Bülent Bostanci, Turki

Area Riset
Dalam lingkungan kampus yang dipilih, ada dua sumber suara bunyi dari jalan sementara yang lainnya adalah
siswa untuk kepadatan 41.000, administratif dan akademik untuk 5.000 serta pasien dan pengunjung dari rumah
sakit.

Material dan Metode
ÒMengambil 50 titik sampel
ÒBatas kampus menggunan IKONOS citra satelit
ÒTinggkat kebisingan diukur dengan SVAN 949 suara, dan Tingkat Getaran Meter & amp Analyzer
Òpengukuran antara 08:00-10:00 pagi, 12:00-13:30 petang dan 17:00-18.30 petang
ÒProgram ArcGIS  telah digunakan untuk menganalisa kebisingan dan membuat kebisingan suara melalui peta
 

 Kesimpulan
 -Hasil studi tersebut akan membantu pemerintah kota dan kelembagaan untuk mengembangkan proyek-proyek
 yang berhubungan dengan untuk mencegah dan mengurangi kebisingan.  
 -Direncanakan untuk memperluas studi ini dengan cara untuk melakukan penelitian tentang interpolation optimal
 untuk digunakan dalam pemetaan keributan atau kebisingan di masa depan
 
RANGKUMAN
Tengku Gema Ramadhan   10070311018
Muhammad Faris Gymnastiar   10070311020
Nur Evy Octavya                         10070311026
 
 

RANGKUMAN SIP


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGETAHUI
TINGKAT PENCEMARAN LIMBAH PABRIK
DI KABUPATEN SIDOARJO

PENDAHULUAN
      Kabupaten Sidoarjo marupakan salah satu Kota industri di Jawa Timur, keadaan potensi alamnya telah tercemar oleh limbah-limbah perusahaan yang ada di daerahnya. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Kabupaten Sidoarjo belum ada fasilitas untukmelakukan pencarian data perusahaan, pengolahan hasil survei pencemaran maupun pencatatan pencemaran tiap periode. Hal ini disebabkan karena data masih disimpan dalam bentuk arsip maupun komputer secara manual. Olehsebab ,itu Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah pabrik sangat diperlukan demi mengenfesiensi waktu dan mempermudah dalam input data.
 
DAMPAK KEGIATAN INDUSTRI 
proses

 Hasil survey dan analisis

Hasil diatas menunjukan letak perusahaan dan disini juga dapat diketahui mana perusahaan yang tercemar oleh limbah, ataupun tidak tercemar. Untuk membedakan perusahaan yang tercemar ataupun tidak dapat diketahui dari warna titik letak perusahaan tersebut, warna merah menunjukkan perusahaan tercemar dan warna hijau menunjukkan pabrik tersebut tidak tercemar.

 KESIMPULAN
Dengan adanya aplikasi Sistem Informasi Geografis ini, akan mempermudah untuk menginformasikan daerah-daerah yang tercemari oleh limbah pabrik.  
Dari aplikasi ini nantinya dapat ditampilkan peta Kabupaten Sidoarjo, yang didalamnya terdapat semua informasi tentang profil perusahaan, letak perusahaan dan disini juga dapat diketahui mana perusahaan yang tercemar oleh limbah, ataupun tidak tercemar

RANGKUMAN KEL 8
RISYDA
M GINANJAR
ENGGAR



RANGKUMAN SIP

Memfasilitasi Perencanaan dan Manajemen Perkotaan di Tingkat Daerah  Melalui Pengembangan SDI
(Studi Kasus
Lahore - Pakistan)

PENDAHULUAN
Proporsi perkotaan dari total populasi dunia telah meningkat empat kali lipat dalam ABAD terakhir (PBB, 2006). Urbanisasi yang cepat menghasilkan sejumlah masalah seperti keterjangkauan perumahan, pengangguran, kemacetan lalu lintas, polusi, kenakalan remaja, kejahatan meningkat, epidemi dan degradasi lingkungan. Menegaskan lebih banyak tekanan pada perencana kota dan manajer untuk perkotaan yang lebih baik dibutuhkan  perencanaan & manajemen
 SPATIAL DATA INFRASTRUKTUR (SDI)
SDI adalah suatu perangkat sistem managemen data spasial yang mencakup kelembagaan, kumpulan data dasar spasial.
aplikasi melalui SDI lokal dapat membantu para ahli dalam mencapai kehidupan perkotaaan yang lebih baik  melalui perbaikan perencanaan & manajemen perkotaan
 
TUJUAN SDI
-memfasilitasi dan mengkoordinasikan berbagai informasi spasial  antara stakeholder.
-untuk menghemat sumber daya, waktu dan upaya menghindari duplikasi usaha yang berhubungan dengan pengumpulan informasi, pemeliharaan dan  integrasi (Chan et al., 2001).
 
IMPLEMENTASI GIS DALAM SDI 
Implemenatasi gis dalam SDI dapat berupa data data seperti data vektor, raster, alfanumerik dan multimedia. Data ini tersedia dalam format cetak atau digital
Dalam kasus alfanumerik, dapat  diubah menjadi format digital menggunakan perangkat lunak database sederhana
Data tentang penduduk, perumahan, fasilitas masyarakat, ekonomi dll dapat diproses untuk overlay pada peta
Informasi tentang utilitas infrastruktur sangat penting untuk mengevaluasi daya tampung dan kapasitas  sesuai dengan hasil analisis
Peta yang dihasilkan menampilkan berbagai jenis tanah mulai dari tanah yang paling cocok sampai dengan tanah yang kurang cocok.
 SDI DAN PENATAAN RUANG
 1. Pada dasarnya dalam tatana SDI, proses perencanaan tata ruang lebih bersifat sebagai pengguna (user) data spasial dimana data spatal diperlukan dalam proses penataan ruang 
2. Selain peta dasar, dalam perencanaan tata ruang juga memerlukan data spatial yang terkait dengan kondisi fisik wilayah, seperti kerentanan terhadap bencana, keanekaragaman hayati, oseanografi, iklim dan geofisika, serta data fisik wilayah lainnya 
3. Pembangunan data spatial pada umumnya memerlukan pembiayaan yang reltif besar baik dalam proses pengadaan data mentah, pengolahan dan analisa data maupun penyajian dalam wujud peta. Umunya diperlukan oleh lebih dari stau instansi, akan lebih bermakna bola dapat saling diperlukan (dapat di akses oleh instansi terkjait) 
4. Pertukaran data antar instansi terkait, bila dapat terwujud akan memberikan efisiensi pemanfaatan dana yang sangat signifikan, sekurangnya biaya proses pengolahan / analisa data dapat dihemat
Studi Kasus: Lahore – Pakistan 
  Menyadari pentingnya informasi spasial, Pemerintah  Pakistan (2001) mewajibkan setiap dewan lokal untuk mempersiapkan GIS  sistem informasi berbasis lahan dalam waktu tiga tahun. Namun sejauh ini, pemerintah daerah  dengan keterampilan dan sumber daya yang terbatas tidak membuat kemajuan luar biasa  terutama tidak adanya pedoman atau model.
Isu-isu Tertentu Dalam Kasus Lahore Sebagai Berikut: 
1.Sekelompok besar orang tidak mengetahui ketersediaan informasi spasial.
2.Tidak adanya metadata
3.Integrasi informasi dari tingkat yang berbeda dengan berbagai skala
4.Tidak adanya informasi spasial yang tepat dan pengetahuan yang menyebabkan duplikasi 
5. banyak kasus cepat perubahan dalam realitas tanah mengurangi efektivitas rencana dan sulit untuk melaksanakan.
6.Informasi tertentu tidak dapat ditagih di kemudian hari seperti cuaca
7.Tidak ada pedoman yang tepat atau model yang tersedia kepada pihak berwenang lokal untuk berbagi informasi.
Kesimpulan & Rekomendasi
KESIMPULAN :
  Sebagai perencana kota sangat bergantung pada beragam jenis informasi dari berbagai departemen di berbagai tingkat pemerintah. Oleh karena itu, menjadi bermasalah  mengelola, berbagi, mengintegrasikan dan efektif memanfaatkan tersedia menginformasikan.
  Perancangan SDI lokal pada konsep modern mendistribusikan komputasi seperti SOA dan pelaksanaannya tidak hanya akan meningkatkan  berbagi informasi dan aplikasi, tetapi juga akan membantu perencana perkotaan dan  pengambil keputusan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya pada pembuatan kebijakan peningkatan.
REKOMENDASI
Ketersediaan informasi dalam format yang sesuai seperti tiga dan empat dimensi tidak hanya akan meningkatkan partisipasi publik dan transparansi, tetapi juga akan meningkatkan peluang bisnis. Ini akan menghemat waktu berharga dan sumber daya perencana dan memfasilitasi mereka dalam perencanaan dan manajemenyang lebih baik. Oleh karena itu, disarankan agar perencana di negara-negara berkembang harus mendapatkan keuntungan dari penelitian di negara maju  negara dan memulai upaya untuk merancang dan mengimplementasikan SDI untuk keputusan.
RANGKUMAN KEL12
Dita Puspa Dewanda  10070311059
Elza Lefiana Erminda  10070311061
Euis Sartika  10070311062